Sabtu, 11 Desember 2010

Kisah si Tele-Kampret

Jam sembilan pagi, saatnya mulai berproduksi di kantor (ahem!), sedang sibuk2nya mengevaluasi "to do list" dan "pending list", sedang menyesap kopi pagi, sedang ... "Kriiiingg! Krontaaang!!! Klontaaaannngg!" (sebenarnya ringtone-nya "if she wants me" dari Belle & Sebastian), tapiiiii biar dramatis... contohnya pake ringtone paling nyebelin.

Nomor ngga dikenal tampil di layar.
Oh nooo... jangan2...pasti ini... tidak lain dan tidak bukan
Gue: hmmm.... ya
Tele Kampret (TK): Selamat pagi. Ini dengan ibu Virna Medina? (ramaaaaah banget)

Yap... Sudah pasti. Tidak lain dan tidak bukaaaaan......
Gue: Yaaa.... hayoooo... mba ini pasti mo nawarin kartu kredit ya?
TK: eh.. iya ibu. Kami dari Bank UBI Busana, hendak menawarkan kartu kredit plutonium untuk Ibu." 
Gue: Mba, lain kali aja ya. Kartu kredit saya ada dua puluh, jadi hutang saya tuh banyaaaaak banget. Ok mba, makasih ya.
TK: eh... baik bu... selamat pagi, maaf mengganggu.
Gue: mariiiii mba... sama2 (ga kalah ramahnya)



Naaahh itu dia sepenggal kisah gue dengan salah satu Tele-Kampret (TK) .Bagus si TK cepat tanggap and ga maksa nawarin.

Sudah setahun terakhir ini, dalam sehari gue bisa dua sampe tiga kali terima telepon dari sales kartu kredit. Sekitar 75% dari telepon itu gue reject setelah melihat provider yang digunakan (0856xx, 0858xx). Yang 25% gue terjebak ngangkat karena providernya "innocent" alias di luar yang biasa. Damn!

Yang nyebelin bin kampret, aktivitas sales ini gengges banget. Waktu kerja, waktu istirahat, kadang2 waktu lagi lunch ditelepon juga. Kampreeeettt!!! Yang paling super duper kampret adalah "target" dihubungi melalui handphone (yang menurut gue private banget). Lha, temen aja ga semuanya punya no handphone gue, ini tele sales kok seenaknya hubungin gue di waktu2 aktivitas sedang padat2nya. Hah!

Salah satu teman mengeluh pernah menerima sampai sepuluh telepon dari telesales kartu kredit.
Gue sadar betul kalo mereka tuh cuma menjalankan tugas, mencari sesuap nasi dengan bekerja sebagai tele sales, tapiiiiii kan ga harus ganggu kita. Yang parahnya lagi, sering juga gue nerima telepon dari tele sales dari bank yang sama secara berulang-ulang. Bank UBI Busana di atas misalnya. Seminggu gue pernah terima 5 telepon dari Tele-Kampret Bank UBI Busana. Rrrrrhhhh....!!!

Dugaan gue:
1. Perusahaan tempat si Tele Kampret bekerja, juga bekerja sama dengan Bank A, B dan C. Eitss.. ketinggalan si Bank UBI Busana.
2. Tele Kampret sendiri pindah2 perusahaan and membawa data nasabah atau target ke Bank berikutnya.
3. Provider Handphone juga turut andil dalam menjual data pelanggan. Nomor handphone yang baru dipake seminggu tapi sudah menerima sms dan Tele-Kampret.
4. Dll... mikirinnya aja udah bikin muak.


Thanks to Android, di Market ada beragam aplikasi gratisan untuk call and sms blocking yang bisa gue terapkan, lumayan bantu sih, tapi tetep masih kecolongan. Karena Tele-Kampret tuh mirip2 The Walking Dead, alias Zombie, yang jumlahnya makin hari makin bertambah.


Ada ide bagaimana menghalau para Tele-Kampret ini? Creative and wild ideas are very much welcome!

1 komentar:

  1. Med, gw pikir, ada kesempatan lo menulis yang lebih banyak lagi seputar keseharian dengan gaya yang sudah lo miliki sekarang.

    Gw bisa akomodir dan diskusikan dgn teman2 gw di penerbitan gw (www.ufukpress.com) untuk bisa mendiskusikan tulisan2 yang diambil dari blog.

    Kalo lo berminat, bisa hubungi lewat website, yah...

    Salam,

    BalasHapus